Sudah lama hasrat untuk kembali menulis itu muncul, namun karena ada beberapa hal (kerjaan, keluarga dan rasa malas) sehingga belum bisa terealisasi. hehe 😀. Pada kesempatan kali ini saya aka bercerita melanjutkan dari blog saya sebelumnya tentang penyelesaian proyek 35.000 MW, saya akan bercerita tentang pengalaman penyelesaian proyek pembangkit yaitu: PLTU Gorontalo (2x25 MW). Cerita ini dari sudut pandang saya pribadi, mohon maaf apabila ada kesalahan baik penjelesan mengenai teori/bahasa teknis yg saya ceritakan, pihak lain yang kurang berkenan, dll. Seperti judul yang saya tulis, perjalanan penyelesaian ini tidak mudah. Penuh tantangan, ombak dan badai. Dan berkat itu saya berterimakasih, Let's start it!
Alhamdulillah, bulan Juli tahun 2016 saya mendarat di Gorontalo. Bersama dengan dua teman saya dr Makassar , kami bersama-sama di tempatkan di UPP Gorontalo. Sebuah unit yang baru saja terbentuk dengan jumlah pegawai kuang dari 15 orang. Hampir semua pegawai baru masuk di tempatkan di PLTU Gorontalo, total sekitar 10 orang bergabung disana. Ketika saya datang pekerjaan di lapangan sangat lah lamban, bahkan bisa di bilang hampir tidak ada progress. Subkon pekerjaan sipil tidak ada di lapangan, padahal saat itu pekerjaan sipil masih banyak yang belum diselesaikan hanya ada bangunan admin, masjid, boiler dan warehouse (gudang) yang sudah nampak itu pun belum dilakukan finishing. Usut punya usut, subkon sipil demob dikarenakan tidak efisien nya manpower dan equipment mreka disana yang menyebabkan idle cost besar. Dimana mereka sudah siap kerja namun acuan desain / drawing belum ada utamanya drawing pondasi equipment. Menurut saya ini dikarenakan kurangnya persiapan / rencana yang matang dari Kontraktor utama utk melakukan perencanaan dan interface desain antar subkon dan system terkait. Lesson learned dari kejadian ini yaitu kita harus punya rencana yang bagus dalam menyelesaikan suatu tantangan, "Kita punya rencana yang bagus saja bisa gagal apalagi tidak punya rencana berarti kita merencanakan untuk gagal".
Pekerjaan yang saya kerjakan di awal datang ke proyek boleh di bilang sangat minim, saya hanya melakukan pengecekan material yang datang. Kebetulan yang datang adalah material BTG , kami (PLN UPP) dan teman2 konsultan dari JMK (sekarang sudah berganti nama jadi Pusmanpro) kalau diminta ngecek material ya keroyokan. Maklum pengawas nya banyak tapi kerjaan dikit, hehe. Selain kerjaan minim, sinyal disana juga minim. Waktu saya datang kesana , provider saya adalah ind**at. Namun disana ga ada sinyal bahkan untuk telpon, sehingga saya berganti provider Telk***el yang internet nya masih edge.😐
 |
Melakukan pengecekan material |
Pada awal proyek sy jg banyak belajar mengenai kontrak serta metode pembayaran nya. Hal yang unik dsni yaitu hampir smua metode pembayaran ada mulai dari unit rate, lump sum, cost + fee dan reimbursement. Diawal saya berpikir metode pembayaran ini sangat rumit dan tidak efektif, namun seiring berjalan nya waktu saya menyadari hal ini mungkin bentuk mitigasi dari PLN terhadap kontrak sebelumnya dimana kontraktor mengalami wanprestasi sehingga diterminasi akibat over cost pada pekerjaan blasting (pengeboman) yang rencana awal hasil Feasibility Study (FS) pekerjaan land clearing hanya menggunakan metode excavation, serta mempertimbangkan kontraktor pelaksana yang hanya punya persiapan minim utk melanjutkan pekerjaan dikarenakan penunjukan langsung. Pembangunan proyek PLTU Gorontalo merupakan proyek yang banyak di sorot orang, baik dari pemerintah daerah maupun provinsi begitu pun dengan PLN induk maupun pusat. Hal ini dikarenakan kehadiran nya di tunggu-tunggu untuk membantu kehandalan suplai listrik di sistem Sulutgo.
Beberapa masalah muncul bertubi-tubi, mulai belum lengkap nya drawing approval sebgai acuan pekerjaan, beberapa material penting belum on site, belum dilakukan 11 paket pengadaan (fire protection, compressed air, fuel handling, pumps, grounding & lightning protection, laboratory, mobile equipment, EIC cable, CCTV dan CWP Intake) ,serta tidak ada nya vendor pelaksana pekerjaan sipil dilapangan. Pekerjaan berjalan sangat lambat, hanya ada pekerjaan sipilyang dikerjakan swakelola oleh main kontraktor (Rekadaya Elektrika).
Proyek ini mulai mengalami gairah percepatan ketika muncul solusi dari PLN yaitu talangan biaya (bridging) pada tahun 2017 dikarenakan kontraktor pelaksana pekerjaan mengalami permasalahan cash flow. Hampir smua kegiatan mulai bergerak baik pengadaan , mendatangkan subkon sipil dan elmek, serta pembahasan desain/drawing. Saya merasakan smua tim di proyek ini sangat luar biasa, baik dari kontraktor pelaksana (RE), konsultan desain (PLN E), konsultan supervisi (Pusmanpro), konsultan komisioning (Pusertif) maupun tim kami sendiri (UPP). Kami saling berkoordinasi dan bersinergi dan juga membuat strategi masing-masing untuk melakukan langkah-langkah percepatan. Seperti contoh yang masih saya ingat bentuk percepatan itu adalah:
1. Menempatkan engineer di site (yang bysanya engineer hanya di kantor pusat) utk percepatan approval desain oleh PLNE
2. Percepatan rilis BAPPK oleh Pusmanpro
3. Melakukan percepatan penyelesaian pengujian komisioning menggunakan temporary facilities oleh Pusertif
4. Melakukan pekerjaan konstruksi secara paralel antar masing-masing bidang dan system, percepatan pengadaan material dan penerapan pelaksanaan dua shift oleh RE
Tentunya smua itu di orkestrai oleh PLN UIP/UPP sebagai Owner dan Leader project waktu itu. hehe 😅💪.. Saya merasakan ritme yang tepat antara smua stakeholder proyek, mereka tahu kapan waktu nya mengumpan , menggiring dan menendang bola sehingga bisa gol.
 |
Synchronize |
 |
Load Rejection |
Banyak sekali hal-hal menarik dalam penyelesaian tiap-tiap milestone yang kami laksanakan, apabila saya ceritakan satu-satu mungkin bisa panjang sekali tulisan saya ini. hehe.. Banyak juga pelajaran yang saya ambil dari proyek ini yg secara garis besarnya sudah sy paparkan diatas. Saya pun merasa beruntung menjadi bagian dalam pekerjaan konstruksi, komisioning, penyeleseaian proyek (COD) hingga peresmian pada tahun 2020 lalu. Disini juga sya mendapatkan partner kerja yang solid, saling membantu, menghargai dan punya jiwa korsa yang tinggi. Teringat boss sya ketika itu menjuluki kami Kopassus (Komando Pasukan Khusus), hal ini mungkin terdengar sederhana namun bagi saya pribadi itu meningkatkan kepercayaan diri dan semangat bahwa kita harus lebih tangguh dari pasukan lain, berjuang lebih dari pasukan yang lain dan menghasilkan yang lebih dari pasukan lain. hahaha (mohon maaf klo sedikit lebay).
 |
Performace Test |
 |
Peresmian PLTU Gorontalo |
Pada tulisan selanjutnya, Insya Allah sy akan bercerita di proyek sy saat ini yaitu PLTU Ampana (2x3 MW).. Alhamdulillah saat ini, dua unit telah COD, saat ini kami sedang mengawal masa garansi.. berstrategi dan bersinergi menghadapi masalah kehandalan pembangkit stocker yg terintegrasi jaringan isolated 20 kV.. smoga diberi umur panjang menyelesaikan tantangan tersebut bersama tim dan bisa membagikan nya lewat tulisan.. Heehe
Mantap ceritanya pak.. Salama dari saya (yusran anggota pak nasriadi )yang banyak belajar ilmu dri bapak😇🙏🏾
BalasHapusterimakasih pak yusran sudah menyempatkan membaca.. alhamdulillah, salam utk teman2 di anggrek. semakin bnyak prestasi nya ini spertinya smpe tingkat asia tenggara ya kmren. hehe
Hapusdi tunggu cerita Selanjutnya pak🙂
BalasHapussiap pak, 😀🙏
Hapus